THARAIQ TA’LIM AL-LUGHAH AL-ARABIYAH ( Al-Thariqah Al-Sam’iyah Al-Syafawiyah)

Published 30 Juni 2014 by lailatul maghfiroh

Gambar

  1. Pengertian Metode Audio-lingual

       Secara etimologi metode berasal dari bahasa Greeka, yaitu “Metha” artinya melalui atau melewati dan “Hodos” artinya jalan atau cara. Dalam kajian keislaman metode berarti juga “Thariqah”, yang berarti langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Dengan demikian metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang digunakan oleh guru dalam membelajarkan peserta didik saat berlangsungnya proses pembelajaran.[1]

       Metode Audio-lingual adalah suatu metode yang didalamnya banyak melakukan praktek-praktek dan latihan-latihan dalam berbahasa baik dalam bentuk dialog, khutbah, maupun yang lainnya dengan harapan para peserta didik dapat berbicara seperti pemilik bahasa itu sendiri. Metode audio-lingual pada dasarnya merupakan pengembangan dari metode yang telah ada sebelumnya, yaitu metode langsung (Direct Method) yang dirasa memiliki kelemahan terutama dalam menjelaskan hal-hal yang sulit dipahami siswa. Untuk itu metode ini disamping menekankan pengajaran bahasa melalui mendengar dan menirukan, juga dimungkinkan penggunaan bahasa ibu untuk penjelasannya.[2] Selain itu, tujuan Audio-Lingual juga tidak berbeda dengan Direct Method yaitu untuk menciptakan kompetensi komunikatif dalam diri siswa.

       Metode Audio-lingual ini merupakan sebuah metode yang pelaksanaannya terfokus pada kegiatan latihan, drill, menghafal kosa kata, dialog maupun teks bacaan. Adapun dalam praktiknya siswa diajak belajar tanpa harus mendatangkan native language.[3]

       Sebagaimana diketahui, pengucapan (pronunciation), susunan serta aspekaspek lain antara bahasa asing dan bahasa ibu sangatlah berbeda. Oleh karenanya, dalam pembelajaran bahasa asing para siswa diharuskan mengucapkan dan atau membaca berulang-ulang kata demi kata yang diberikan oleh guru agar sebisa mungkin tidak terpengaruh dengan bahasa ibu.

       Pengulangan-pengulangan yang dilakukan lama-kelamaan akan menjadi sebuah kebiasaan (habit). Begitu juga dalam hal melafalkan kata-kata bahasa asing. Jika hal tersebut sudah menjadi kebiasaan, siswa akan secara otomatis dan refleks dapat melakukannya.[4]

  1. Sejarah Metode Audio-lingual

Pada awalnya metode ini banyak digunakan pada kalangan militer, maka metode ini juga disebut dengan army method. Lahirnya metode audio-lingual ini merupakan hasil dari tiga keadaan sejarah yang melatarbelakanginya.

Pertama, munculnya tokoh-tokoh linguistik yang memberikan perhatian besar terhadap kegiatan pengamatan dan pengembangan oral language (pembelajaran bahasa secara lisan), seperti Leonard Bloomsfield, seorang ilmuwan bahasa abad ke-20 asal Amerika yang mendokumentasikan bahasa-bahasa percakapan pribumi yang ada di Amerika.

Kedua, munculnya aliran psikologi behaviorisme yang meyakini bahwa semua tingkah laku manusia (termasuk bahasa) diajarkan melalui pengulangan-pengulangan dan dipengaruhi oleh penguatan-penguatan terhadap pembelajaran baik penguatan yang bersifat positif maupun yang negatif.

Ketiga, pecahnya Perang Dunia II, dimana pada saat itu Amerika merekrut tentara yang sangat banyak untuk keperluan militernya di seluruh penjuru dunia. Untuk keperluan itulah akhirnya tentara-tentara baru tersebut diberikan pelatihan untuk memenuhi syarat kecakapan minimal dalam militer salah satunya adalah kecakapan minimal komunikasi secara vebal. Dari pelatihan singkat inilah muncul metodologi baru pengajaran bahasa melalui pengamatan dan pengulangan (observation and repetition). Metodologi pengajaran ala militer inilah yang menjadi cikal bakal pengembangan metodeaudio-lingual selanjutnya.[5]

Metode yang dikenal sebagai Army method ini juga berkembang sebagai reaksi terhadap metode Grammar-Translation dalam pengajaran bahasa asing. MetodeGrammar-Translation ini sebelumnya telah dipakai selama seribu tahun, tetapi membutuhkan waktu yang sangat lama bagi pembelajar untuk dapat berbicara dengan bahasa asing yang ditargetkan. Kira-kira sejak 1947-1967 pendekatan Audio-Lingualtelah menjadi metode pengajaran bahasa asing yang dominan di Amerika. Dengan metode yang lebih inovatif, metode Audio-Lingual ini mampu mencapai kompetensi komunikatif lebih cepat. Teori ini berdasar pada teori behavioristik yang dikembangkan Skinner.[6]

  1. Tujuan Metode Audio-lingual

Tujuan umum dari metode ini adalah agar para siswa untuk menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Pada tahap awal, fokus pembelajaran adalah pada kemampuan lisan, kemudian bertahap pada kemampuan lainnya seperti belajar mengembangkan keterampilan. Aksentuasi utama diletakkan pada kecakapan lisan, yang berarti siswa harus mencapai pelafalan yang akurat dan tata bahasa yang benar.[7]

  1. Dalil Al-Qur’an yang Mendasari Metode Audio-lingual

Salah satu ayat Al-Qur’an yang menjadi pedoman penggunaan metode audio-lingual adalah Q.S Al-Maidah ayat 67

*$pkš‰r’¯»tƒãAqߙ§9$#õ÷Ïk=t/!$tBtA̓Ré&šø‹s9Î)`ÏBy7Îi/¢‘(bÎ)uróO©9ö@yèøÿs?$yJsù|Møó¯=t/¼çmtGs9$y™Í‘4ª!$#uršßJÅÁ÷ètƒz`ÏBĨ$¨Z9$#3¨bÎ)©!$#Ÿw“ωöku‰tPöqs)ø9$#tûï͍Ïÿ»s3ø9$#ÇÏÐÈ  

Artinya :

67. Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia[430]. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. [430] Maksudnya: tak seorangpun yang dapat membunuh Nabi Muhammad s.a.w.

Dari Q.S Al-Maidah ayat 67 diatas, sangat jelas bahwa Allah memerintah untuk menyampaikan apa yang telah diturunkannya. Untuk menyampaikan suatu gagasan, tentunya yang paling mudah cara penyampaiannya adalah dengan pengucapan lisan. Inilah yang kemudian menjadi landasan penggunaan metode audio-lingual.[8]

  1. Teknik Pengajaran yang Digunakan dalam Metode Audio-Lingual

Diantara teknik yang digunakan dalam metode audio-lingual adalah sebagai berikut:

  1. Menghafal Dialog (Dialog Memorization)

Dalam teknik ini terdapat beberapa tahapan:

  1. Siswa menghafalkan dialog atau percakapan pendek antara dua orang pada awal pelajaran. Dalam praktiknya siswa memerankan satu orang peran dalam dialog, sedangkan guru memerankan tokoh pasangannya. Setelah siswa belajar percakapan atau dialog dari satu tokoh, guru dan siswa berganti peran.
  2. Membagi siswa menjadi dua kelompok. Masing-masing kelompok memerankan satu peran dan menghafalkan dialog tersebut. Setelah masing-masing kelompok mampu menghafalkan dialog, mereka diminta untuk untuk berganti peran. Setelah seluruh siswa hafal dialog, guru meminta siswa untuk mempraktikkan dialog secara berpasangan di depan kelas.
  3. Backward Bulld-up (Expansion) Drill

Drill digunakan ketika siswa mengalami kesulitan dalam menghafalkan dialog panjang. Caranya adalah guru membagi dialog panjang menjadi beberapa potong bagian. Guru pertmama kali memberikan contoh kemudian siswa menirukan bagian kalimat.Repetition Drill

  1. Repetition Drill

Siswa diminta untuk menirukan apa yang diucapkan guru secepat dan seakurat mungkin.

  1. Chain drill

Drill ini dilakukan dengan cara meminta siswa untuk duduk melingkar di dalam ruangan, kemudian satu persatu siswa bertanya dan menjawab pertanyaan. Guru memulai drill ini dengan dengan menyapa atau bertanya pada salah satu siswa. Kemudian siswa tersebut menjawab pertanyaan tadi, kemudian ia bertanya pada teman di sampingnya. Siswa yang ditanya tadi kemudian menjawab dan bertanya lagi kepada teman di sampingnya, begitu seterusnya.

  1. Single slot subtitution

Guru membaca satu baris dari dialog, kemudian siswa mengucapkan satu kata atau kelompok kata. Siswa diminta untuk menirukan dengan cara memasukkan kata atau kelompok kata tersebut secara tepat ke dalam bait dialog tadi.

  1. Multiple slot subtitution drill

Drill ini sama dengan drill single slot substitution, tapi lebih luas. Tidak hanya satu bait dialog, akan tetapi satu dialog penuh.

  1. Transformation drill

Guru memberi siswa kalimat, kemudian siswa diminta untuk merubah kalimat tersebut menjadi bentuk yang berbeda seperti: interogatif, negatif, positif, pasif, imperative dan sebagainya.

  1. Questoin and answer

Drill model ini melatih siswa menajwab pertanyaan dengan tepat.[9]

  1. Flashcard (Kartu Pengingat)

Menggunakan Kartu yang berisi berbagai macam kata, yang sesuai dengan peserta didik dan mereka kemudian mengungkapkan gagasan dengan menggunakan kata-kata lain mengenai kata yang terdapat pada kartu tersebut kata-kata baru dapat dipilih tiap harinya.[10]

  1. Kelebihan dan Kekurangan Metode Audio-lingual
  2. Kelebihan
  3. Sesuai dengan hakekat bahasa yaitu bahasa adalah ucapan.
  4. Pembelajaran dilaksanakan secara berurutan mulai dari istima’,kalam,qira’ah dan khitabah
  5. Sesuai dengan proses belajar bahasa ibu.
  6. Dapat memebentuk kebiasaan berbahasa.
  7. Siswa pada dasarnya ingin mempelajari bahasa.
  8. Setiap bahasa memiliki karakteristik, sehingga tidak diperlukan perbandingan dengan bahasa lainnya.
  9. Terjemah dapat memeberatkan dalam belajar, tetapi tidak digunakan.
  10. Pengajaran yang paling utama adlah penutur asli yang terlatih
  11. Kekurangan
  12. Ucapan bukanlah satu-satunya keterampilan berbahasa.
  13. Keterampilan yang lain sebenarnya tidak kalah pentingnya dari keterampilan berbicara.
  14. Urutan keterampilan berbahasa sebenarnya bukan harga mati
  15. Belajar berbahasa asing sebenarnya memiliki perbedaan secara batiniyah dari belajar bahasa ibu.
  16. Belajar bahasa asing mungkin saja dilakukan secara berulang-ulang
  17. Memang setiap bahasa punya perbedaan, tetapi juga mempunyai persamaan
  18. Penggunaan terjemah dalam pengajaran bahasa asing mungkin saja digunakan dengan strategi yang baik.[11]

 

Daftar Pustaka

 

http://ratna-fauziyah.blogspot.com/2013/07/uas-teknologiyah_8998.html. di akses pada tanggal 30 Juni 2014

Portgas, Metode Audiolingual dalam Berbahasa (http://d-scene.blogspot.com/2012/10/metode-audio-lingual-dalam berbahasa.html), diakses pada 30 Juni 2014

Jill Kreper Mora, Second-Language Teaching Method (http://www.edweb.sdsu.edu), diakses pada  30 Juni 2014)

Anjar Ginanjar,Metode Pembelajaran Audio lingual (http://aginista.blogspot.com/2013/01/metode pembelajaran_20.html), diakses pada 30 Juni 2014

Portgas, Metode Audiolingual dalam Berbahasa (http://d-scene.blogspot.com/2012/10/metode-audio-lingual-dalam berbahasa.html), diakses pada 30 Juni 2014

Susan Kifutu, Background and Characteristics of the Audio-Lingual Method (http://www.tcnj.edu), diakses pada 30 Juni 2014

Portgas, Metode Audiolingual dalam Berbahasa (http://d-scene.blogspot.com/2012/10/metode-audio-lingual-dalam berbahasa.html), diakses pada 30 Juni 2014

http://mcdens13.wordpress.com/2010/07/08/metode-pembelajaran-dan pengajaran dalam-surat-al-qur%E2%80%99an/, diakses pada 30 Juni 2014

Diane Larsen and Freeman, Techniques and Principles in Language Teaching, (Oxford: Oford University Press, 1986), hlm. 31

Portgas, Metode Audiolingual dalam Berbahasa (http://d-scene.blogspot.com/2012/10/metode-audio-lingual-dalam berbahasa.html), diakses pada 30 Juni 2014

Portgas, Metode Audiolingual dalam Berbahasa (http://d-scene.blogspot.com/2012/10/metode-audio-lingual-dalam berbahasa.html), diakses pada 30 Juni 2014

 

 

[1]http://ratna-fauziyah.blogspot.com/2013/07/uas-teknologiyah_8998.html. di akses pada tanggal 30 Juni 2014

[2] Portgas, Metode Audiolingual dalam Berbahasa (http://d-scene.blogspot.com/2012/10/metode-audio-lingual-dalam-berbahasa.html), diakses pada 30 Juni 2014

[3] Jill Kreper Mora, Second-Language Teaching Method (http://www.edweb.sdsu.edu), diakses pada  30 Juni 2014)

[4] Anjar Ginanjar, Metode Pembelajaran Audio-lingual(http://aginista.blogspot.com/2013/01/metode-pembelajaran_20.html), diakses pada 30 Juni 2014

 

[5] Portgas, Metode Audiolingual dalam Berbahasa (http://d-scene.blogspot.com/2012/10/metode-audio-lingual-dalam-berbahasa.html), diakses pada 30 Juni 2014

[6]Susan Kifutu, Background and Characteristics of the Audio-Lingual Method (http://www.tcnj.edu), diakses pada 30 Juni 2014

[7]Portgas, Metode Audiolingual dalam Berbahasa (http://d-scene.blogspot.com/2012/10/metode-audio-lingual-dalam-berbahasa.html), diakses pada 30 Juni 2014

[8]http://mcdens13.wordpress.com/2010/07/08/metode-pembelajaran-dan-pengajaran-dalam-surat-al-qur%E2%80%99an/, diakses pada 30 Juni 2014

[9] Diane Larsen and Freeman, Techniques and Principles in Language Teaching, (Oxford: Oford University Press, 1986), hlm. 31

[10] Portgas, Metode Audiolingual dalam Berbahasa (http://d-scene.blogspot.com/2012/10/metode-audio-lingual-dalam berbahasa.html), diakses pada 30 Juni 2014

 

[11]Portgas, Metode Audiolingual dalam Berbahasa (http://d-scene.blogspot.com/2012/10/metode-audio-lingual-dalam-berbahasa.html), diakses pada 30 Juni 2014

 

Tinggalkan komentar